Pages

Monday, March 16, 2009

Pembangunan Kota yang Berwawasan Lingkungan
Oleh : Muhammad Alfian Fajar Antofani

Abstrak
Pembangunan apabila tidak disertai dengan perhatian lebih terhadap lingkungan belum bisa dikatakan berhasil. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pelaksanaan pembangunan kita pada masa lalu cenderung lebih mengutamakan upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang ternyata kurang memberi dampak pada aspek pemerataan antar wilayah dan distribusi pendapatan antar golongan. Hal ini membawa implikasi pula pada kerusakan lingkungan

Kata kunci : Lingkungan, pembangunan.

Abstract
Development if be not been espoused with attention more to environmentally can't yet be said successful. Environment is unitary spatial with all object, energy, situation, and living thing comprises man and its behaviour that regard live’s directness and man welfare and another living thing. Environment management is effort coherenting to keep up environment function that cover settlement wisdom, exploit, development, preserve, cure, observation and environment operation. Our development performing on more tending past accentuate economic growth attainment effort that tall, one that apparently subtracted give impact on generalization aspect among territorial and inter-communal income distribution. It takes in implication too on environmental damage.

Key word: Environmentally, development.
Pendahuluan
Tujuan pembangunan sesungguhnya bermuara pada upaya untuk mengagkat harkat dan martabat manusia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa hasil pembangunan masih jauh dari yang diharapkan. Pembangunan harus didasarkan atas rencana yang dapat dipertanggungjawabkan. Lingkungan adalah suatu objek yang pasti akan terkena dampak suatu pembangunan, maka dari itu lingkungan harus diperhatikan dalam proses pembangunan.
Melalui tulisan ini, penulis akan memulai uraian dengan menunjukkan berbagai hal yang belum terpecahkan di berbagai belahan dunia, yaitu mengenai masalah lingkungan dalam proses pembangunan kota. Kemudian akan mencoba melihat kondisi Indonesia dan memahami akar persoalannya, serta perencanaan lingkungan sebagai suatu proses awal pembangunan. Di tengah perkembangan ilmu dan teknologi saat ini ternyata juga menyimpan berbagai agenda persoalan yang menuntut penanganan secara seksama.
Lingkungan dan Pembangunan di Dunia
Akhir-akhir ini lingkungan hidup terus-menerus memperlihatkan kemorosotannya akibat ekploitasi. Wakil PBB untuk Program Lingkungan Hidup mengemukakan pada Konvensi Kerangka Kerja PBB pada Konferensi Perubahan Iklim ke-7 di Maroko November 2001, telah menegaskan:
Bahwa suhu global meningkat sekitar 5 derajat C (10 derajat F) sampai abad berikut, tetapi di sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu. Permukaan es di kutub utara makin tipis. Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon. 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan iklim. Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan bermotor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi 680 juta; kendaraan bermotor termasuk merupakan produk manusia yang menyebabkan adanya emisi karbon dioksida pada atmosfer. Selama 50 tahun, kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber energi yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan dunia.

Mereka cemas bahwa panen makanan pokok, seperti gandum, beras, dan jagung, dapat merosot sampai 30% seratus tahun mendatang akibat pemanasan global. Para petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk, menyebabkan terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan terancamnya mutu serta jumlah suplai air. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari rakyat pedesaan di negara berkembang sudah mengalami dan menderita kelaparan dan gizi buruk tersebut.
Pengungsi akibat lingkungan hidup sudah berjumlah 25 juta di seluruh dunia, sedangkan keadaan genting dari planet kita sekarang ini disebabkan oleh konsumsi berlebihan, bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia.
Setiap hari 11.000 anak mati kelaparan di seluruh dunia, sedangkan 200 juta anak menderita kekurangan gizi dan protein serta kalori (satu dari empat anak di dunia). Selain itu, lebih dari 800 juta orang menderita kelaparan kronis di seluruh dunia dan ada kira-kira 70% dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Bahkan, terjadi kecenderungan meningkatnya kemiskinan sepanjang 10 tahun terakhir.
Data UNDP 199913 juga telah menunjukkan bahwa jumlah orang miskin yang hidupnya kurang dari 1 dollar AS sehari meningkat dari 1,197 milyar pada tahun 1987 menjadi 1,214 milyar pada tahun 1997 atau sekitar 20% dari penduduk dunia. Dua puluh lima persennya lagi (sekitar 1,6 milyar) dari penduduk dunia bertahan hidup dengan 1-2 dollar AS setiap hari. Di satu sisi, kemiskinan semakin kronis, di sisi lainnya terjadi pemusatan kekayaan di tangan segelintir orang ( laporan UNDP 1999 ). Tiga orang terkaya di dunia menguasai aset yang nilainya setara dengan milik 600 juta orang di 48 negara miskin. Saat ini, pula 1/5 penduduk di negeri-negeri paling kaya menguasai 86 persen produk domestik bruto dunia, 82 persen pasar ekspor dunia, dan 68 persen penanaman modal langsung.
Eksploitasi lingkungan hidup dan kesenjangan kebutuhan akan sumberdaya alam antar negara, inter, dan antar-generasi, kaya dan miskin, penguasa dan yang dikuasai, pemilik modal dan buruh, tuan tanah dan buruh tanah, akan menjadi masalah bagi keamanan manusia (human security) di masa-masa yang akan datang.
Korporasi-korporasi global yang didukung oleh negara-negara maju dan kaya, seperti WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Kartel utang, terutama IMF dan Bank Dunia. Atau perusahaan-perusahaan global raksasa, seperti TNCs dan MNCs, adalah mesin utama akumulasi kekayaan yang dihisap dari tempat-tempat termiskin di dunia ini. Kini, kekuasaan Korporasi Global telah menyaingi kekuasan ekonomi negara-negara. Dari 100 pelaku ekonomi terbesar dunia, 52 di antaranya adalah Korporasi Global.
Proses akumulasi kekayaan di satu sisi dan penghisapan serta pemiskinan di sisi lainnya, bukan terjadi secara alamiah tetapi berdasarkan suatu rancangan kebijakan politik-ekonomi yang kini kita kenal sebagai Neo-liberalisme dan Globalisasi Kapitalis, yang berkembang secara massif dan mengakar berdasarkan rekayasa modal.
Atas desakan dan kebutuhan pembangunan dan akumulasi modal. Adalah Bendungan Volta di Ghana misalnya, telah memindahkan secara massal lebih dari 78.000 manusia yang berasal dari 700 kota dan desa. Danau Kainji di Nigeria memindahkan 42.000 orang, bendungan tinggi Aswan 120.000 orang, bendungan Kariba 50.000 orang, bendungan Keban di Turki 30.000 orang, bendungan Ubolratana di Thailand menggusur 30.000 orang, sementara proyek pamong di Vietnam memindahkan secara massal penduduk setempat sebanyak 450.000 orang.





Tabel I
Perkiraan Korban dari Suku-suku Bangsa Pribumi yang Terkena Dampak Pembangunan Bendungan Besar di Dunia
No Negara Jumlah Massa Rakyat Bendungan Keterangan
1 Cina 1.400.000 Jiwa Bendungan Besar
2 Brazil 50.000 Jiwa dari 34 Suku Bangsa Pribumi 8 Proyek Listrik Tenaga Air Akan menenggelamkan 442.000 ha Tanah Pemukiman dan Pertanian Masyarakat
3 Panama 62.000 Jiwa Multi Bendungan Teribachanginola
4 Philipina 100.000 Jiwa 40 Bendungan Besar Akan direncanakan dalam Waktu 20 Tahun dan akan Berpengaruh Pada 1,5 Juta Jiwa berikut Rumah-rumah Masyarakat di sekitarnya.
5 Kanada 10.000 Jiwa Air Irigasi untuk Ladang-ladang Pertanian Tenaga Listrik untuk Industri di Bahagian Selatan Alberta. Program yang akan mengalihkan aliran air dari tiga jaringan sungai besar dan mengancam Suku Dane dari wilayah barat-laut.
Dengan begitu, jelas hak atas lingkungan belum secara maksimal atau sensitif disepakati oleh banyak orang menjadi hak fundamental yang juga harus diakui secara politik. Kondisi seperti inilah yang bisa disebut sebagai suatu “ketidakpedulian umat manusia” di dunia atas lingkungan. Padahal, sudah banyak potret peristiwa ataupun perilaku yang menyimpang, dalam arti melanggar HAM dipicu oleh persoalan-persoalan seputar pengelolaan lingkungan yang tiada lain disebabkan kuatnya penetrasi atas paradigma atau paham pembangunan negara negara kapitalis bersama konsep globalisasinya atau liberalisasi pasarnya.
Lingkungan dan Pembangunan di Indonesia
Perkembangan pembangunan di Indonesia memang sudah berjalan dengan baik, tetapi terdapat beberapa permasalahan yang masih dihadapi saat ini, terutama dalam menghadapi ketimpangan pembangunan wilayah yang berpotensi meng exploitasi lingkungan. Kemajuan perkembangan dan modernisasi bukanlah sesuatu yang dapat diletakkan dengan begitu saja karena manusia adalah makhluk yang suka usil dan tidak pernah puas, baik itu terhadap realitas di luar maupun di dalam dirinya sendiri. Berlainan dengan hewan dan tanaman yang cenderung pasrah terhadap lingkungan dan iklim.
Sejak rezim Orde Baru berkuasa, wilayah peruntukan indonesia telah dibagi berdasarkan kepentingan modal. Hal ini dapat dilihat dari perencanaan dan Luasan Peruntukan lahan daratan Indonesia.
Tabel II
Luas Peruntukan Lahan Daratan di Indonesia
No Luas Wilayah Luas (ha)
1 Indonesia 191,944,000
2 Pertambangan (a) 66.891.496
3 HPH (b) 38,025,891
4 HTI (c) 7,861,251
5 Perkebunan Kelapa Sawit (d) 2,957,079
6 Hutan Lindung (e) 31,900,000
7 Kawasan Konservatif (f) 23,300,000
Luas Total (2 s/d 7) 170.935.717
Sumber : (a) Database JATAM, 2000, (b) Perkembangan Jumlah HPH di Indonesia, FWI (April 2001), (c) Siaran Pers WALHI Jakarta, 6 Nopember 2001, (d) Dephut di 'Tropis' No. 09 (08/1999), (e) World Bank, 2000. “Deforestation in Indonesia: Review of The Situation in 1999.” Draft, (f) Strategic Plan 2001 - 2005. Dephutbun, Juli 2000.

Meningkatnya aglomerasi perkotaan ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan perkotaan yang semakin tinggi. Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia tumbuh cukup pesat dari 32,8 juta jiwa atau 22,3% dari total penduduk nasional pada tahun 1980, meningkat menjadi 55,4 juta jiwa atau 30,9% (1990) dan diperkirakan mencapai angka 150 juta jiwa atau 60 % pada tahun 2015. Kondisi ini telah memberikan tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana perkotaan, kemampuan kelembagaan pemerintah untuk mengatasi permasalahan lintas sektor dan lintas wilayah administratif
Masih tingginya jumlah kemiskinan dimana kurang lebih 17 % dari jumlah
total penduduk Indonesia berada dibawah garis kemiskinan, masih tingginya kesenjangan di dalam dan antar wilayah yang ditunjukkan dengan perbedaan tingkat pertumbuhan antara wilayah yang sudah berkembang (Sumatera, Jawa, dan Bali), wilayah berkembang (Kalimantan, Sulawesi, dan NTB), dan perkembangan baru (Maluku, NTT, dan Papua). Indonesia adalah negeri yang rawan dan rentan terhadap bencana, baik yang berasal dari alam maupun yang terjadi akibat perbuatan manusia .
Dalam kurun waktu lima tahun, 1998-2004 terjadi banjir (402 kali) dan tanah longsor (294 kali) menarik, karena bencana tersebut adalah bencana pembangunan, yang didefinisikan sebagai gabungan faktor krisis lingkungan akibat pembangunan dan gejala alam itu sendiri, yang diperburuk dengan perusakan sumberdaya alam dan lingkungan.

Selain banjir, DAS kritis, kekeringan adalah bencana lain yang semakin kerap terjadi di Indonesia. Dampak kekeringan yang utama adalah menurunnya ketersediaan air, baik di waduk maupun badan sungai, yang dampak lanjutannya adalah pada sektor air bersih, produksi pangan serta pasokan listrik. Kekeringan juga terkait dengan kebakaran hutan, karena cuaca kering memicu perluasan kebakaran hutan dan lahan serta penyebaran asap sampai kenegeri tetangga. Dampak dari bencana tersebut bukan hanya pada korban jiwa dan benda, namun berdampak pula pada produksi pertanian, tercemarnya sumber air serta masalah sosial yang lebih luas seperti pengungsi dan migrasi penduduk.
Perencanaan Lingkungan
Perencanaanlingkungan merupakan spesialisasi atau titik pusat perencanaan kota yang menempatkan prioritas utama pada berbagai masalah lingkungan, mencakup masalah penggunaan lahan, serta kebijakan, dan rancanagan penggunaanya. Istilah lingkungan terutama mengacu pada segala sesuatu yang berhubungna dengan kualitas dan kuantitas air, kualitas udara dan iklim, tanah dan lapangan, serta flora dam fauna karena kaitannya dengan kondisi manusia dengan lingkungan buatan. Sudut pandang dalam perencanaan lingkungan yang modern biasanya sangat bervariasi, misalnya bergerak (1) dari perolehan perolehan sumber daya ke proteksi lingkungan atau (2) dari lingkungan sebagai sesuatu yang penuh resiko menjadi lingkungan sebagai sesuatu yag dapat menunjang kehidupan manusia. Lebih lanjut, perencanaan lingkungan tidak memberikan prioritas pada lingkungan alami maupun lingkungan buatan, akan tetapi biasanya berkaitan dengan masalah-masalah dari interaksi antar keduanya.
Beberapa waktu yang lalu, perencanaan lingkungan memiliki pengertian yang serupa dengan gerakan pencinta lingkungan. Gerakan Pencinta Lingkungan (Environmentalism) merupakan gerakan sosial yang memperoleh dukungan politis pada dasa warsa 1970-an, meskipun akarnya sudah ada sejak awal masa Pergerakan Romantis. Para pencinta lingkungan menekankan perlunya melindungi keadaan alam (padang rumput, hutan, laut, sungai, dan sebagainya) terhadapa semakin berkembangnya penggunaan tanah (pembuatan jalan raya, bendungan, jembatan, gedung dan bangunan, dan sebagainya), serta aspek perencanaan yang menjadi ciri utama mereka – dan memang merupakan sesuatu yang oleh sebagian orang dianggap identik dengan perencanaan lingkungan itu sendiri - yatu analisis dampak lingkungan. Analisis dampak lingkungan adalah studi yang perlu dilakukan pemerintah pusat guna mengevaluasi dampak potensial yang ditimbulkan oleh suatu usulan kebijakan, misalnya pembangunan jalan layang atau landasan udar baru, terhadap lingkungan alami maupun lingkungan buatan.
Sikap masyarakat terdahulu terhadap lingkungan sangatlah bersifat praktis. Yakni, orang memandang lingkungan dalam hal pemenuhan kebutuhannya seperti penyediaan makanan, air, dan perlindungan. Di luar contoh-contoh yang diberikan oleh kumpulan arsitektur klasik (seperti arsitektur Roma dan Yunani kuno) serta karya seni religius (gereja, biara, dan sebagainya), sebelum abad ke-15 hanya sedikit perhatian yang dicurahkan terhadap lingkungan sebagai bagian dari alam yang memiliki nilai estetika. Perhatian itu bahkan hampir tidak ditemukan di Eropa pada abad pertengahan, ketika alam biasa dipandang dengan penuh rasa curiga, khawatir, dan ketidaktahuan. Gerakan Penerangan telah membawa manusia dan alam kepada hubungan yang lebih bersahabat dan pada akhir abad ke-18, pergerakan romantis telah menyalakan hubungan cinta antara manusia dengan lingkungan.

Penutup
Pembangunan kota yang berwawasan lingkungan sekarang ini menjadi dambaan setiap masyarakat di seluruh dunia, karena akhir-akhir ini masyarakat ditakutkan dengan isu global yakni, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dalam pembangunan.
Sejalan dengan hal itu, perlu diperhatikan dalam proses pengolahan sumber daya, yakni meliputi pengutamaan pengolahan sumber daya yang dapat diperaharui, penghematan terhadap sumber daya yang langka, memelihara kemampuan sumber daya alam untuk menopang pembangunan secara berkelanjutan, pembangunan rencana penggunaan lahan dan tata ruang, rehabilitasi kerusakan sumber daya alam seperti kerusakan air, DAS, hutan dan sebagainya, memberi nilai kelangkaan (scariety value) terhadap sumber daya alam yang langka agar dapat diberi prioritas penyelamatan dan perlindungan.
Selain itu, bebagai asas pengoalahan lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah pengembangan industri yang bersih dari hasil sampingan (limbah), menginternalkan biaya eksternal dalam struktur biaya produksi. Dalam sruktur biaya produksi perlu diperhitungkan biaya substitusi sumber daya alam tak terpulihkan serta biaya untuk sumber daya yang terpulihkan, mengembangkan teknologi daur ulang, serta menyisihkan wilayah perlindungan ekosistem sebanyak 10% sebagai habitat plasma nutfah dan daerah penyangga kehidupan.


Daftar Pustaka
Budiharjo, Eko & Hardjohubojo, Sudanti. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: Alumni.
Catanaese, Anthony J. & Snyder, James C. 1992. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Shaleh, M. Ridha. (2004). Lingkungan Hidup: Untuk Kehidupan Tidak Untuk “Pembangunan.

Tuesday, March 10, 2009


khusus gwe areK2 d aTas ,,cPt ndang gWe..ojo katroK2....WenaK^____^

Hoyyyy....gmn temeN2 PWK 2008 uD pada buat blogg bLm??
cpT ndang buaT,kLo g bSa tanya tmn yang bisa...msK uD jmN modern g punya bloggspot,,,ndesooooooo!!!!